Kesehatan


Tangan sakti dukun urut Cimande, sembuhkan patah tulang
Medio 2006. Arif, 30 tahun akrab disapa Surif seperti biasa mengantarkan ayahnya berangkat bekerja. Namun nahas, pagi itu dia harus mengalami musibah. Sepeda Motor Yamaha RX King yang dia gunakan untuk membonceng ayahnya mengalami kecelakaan.

Dia menabrak angkutan perkotaan D01 jurusan Terminal Depok - Depok I di Jalan Nusantara Raya, Kota Depok Jawa Barat. Sepeda motornya rusak parah. Namun sang ayah tidak mengalami luka sedikit pun. Dia dalam kondisi sehat dan sedikit mengalami syok.

Arif lantas dilarikan ke Rumah Sakit Bhakti Yudha di Jalan Raya Sawangan Depok. Dia sempat tidak sadarkan diri selama satu hari. Beruntung dewi fortuna masih berpihak padanya. Dia masih hidup dengan kondisi luka parah pada bagian wajah.

Gigi di mulutnya hilang tak bersisa, sedangkan tangan serta kakinya mengalami puluhan jahitan. Dokter menyarankan agar lehernya di gips lantaran ada pergeseran tulang karena benturan dengan badan angkot. Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area yang mengalami patah tulang.

Namun Arif menolak lantaran keterbatasan biaya. Dalam kondisi masih luka, Arif disarankan rekannya mendatangi ahli saraf atau dukun patah tulang dari Cimande, Sukabumi, Jawa Barat di bilangan Citayam, Depok. Setelah dua hari menjalani perawatan, Arif memutuskan mendatangi dukun tersebut.

Di sana, dia hanya disuruh duduk dan hanya dipegang pada bagian wajah. Saat sedang berbincang dengan dukun itu, Arif tiba-tiba saja digampar. Alhasil dia menjerit karena kondisi dari bibirnya hingga leher dalam keadaan miring. Namun dibalik kesakitan itu, wajahnya kembali normal. Dia tak lagi seperti orang stroke.

"Gue cuma digampar. bibir gue yang tadinya miring balik kaya seperti sekarang," Kata Arif Sabtu kemarin. Usai digampar, dukun itu kemudian memijat urat arif pada bagian leher mengembalikan urat saraf yang menyimpang.

Dukun patah tulang dari Cimande itu menyarankan Arif untuk datang seminggu sekali menjalani terapi pijat. Demi kesembuhan, Arif juga dipantang mengonsumsi makanan bernyawa seperti ayam dan sejenisnya. Tidak jelas pantangan tersebut. Namun Arif sembuh total dengan kondisi leher kembali seperti normal selama satu bulan. Dia juga menuruti pantangan yang diberikan dukun.

"Ada pantangannya, enggak boleh makan makanan yang bernyawa," ujarnya.

Tidak berbeda dengan Arif, Andri seorang pegawai Pertamina juga mengalami hal yang sama. Dia pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki kirinya remuk. Dokter menyarankan saat itu harus diamputasi. Namun Andri memilih jalur lain mendatangi dukun patah tulang dari Cimande di Cilebut, Bogor. Dia tidak mau kehilangan kakinya dan hidup dalam kondisi cacat.

Vonis dokter untuk amputasi dipatahkan dengan kenyataan sembuhnya kaki Andri. Setelah menjalani tiga bulan terapi urut patah tulang, kakinya kembali normal. Dia bisa berjalan tanpa harus kehilangan kaki. Pantangannya pun sama, selama satu bulan dia menginap di rumah dukun, Andri tak boleh makan-makanan bernyawa. Selain itu dia juga dilarang mengonsumsi minuman beralkohol.

"Alhamdulillah saya sembuh, saya jadi enggak percaya dokter untuk urusan kaya gini," katanya saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya, Kampung Panjang, Citayam, Kabupaten Bogor siang kemarin.

Uniknya pengobatan dukun patah tulang dari Cimande memang demikian faktanya. Dalam mengurut pasien, dukun tak segan untuk meluruskan tulang yang patah. Jika hanya tempurung dengkul bergeser, sang dukun juga menyuruh berdiri dan berjalan setelah di pijat. Pasien dipaksa menggerakkan bagian yang mengalami patah atau salah urat. Meski terasa sakit, namun kenyataannya bagian tubuh cidera itu bisa kembali normal.

Merdeka.com mencoba mengonfirmasi langsung kepada dukun patah tulang. Aris salah seorang dukun patah tulang dari Cimande yang kesohor di Citayam menolak buka-bukaan resep dapurnya mengobati orang patah tulang. Dia hanya tersenyum saat merdeka.com berbincang dengannya.

"Saya hanya bisa bantu orang," ujarnya sambil memijat tubuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar